Bila pada akhirnya hati hanya pesan pengantar sebagai tanda untuk merelakan
ruang-ruang hampa bentuk fisik semu dari pendalaman kalbu
Lalu cindai abu-abu merupakan etalase dari keabadian kekal dalam menyikapi kesenangan semata
ketidak digdaya terhadap perasaan menjadi kunci bawa hati memang selalu kalah dalam pengujian jati diri
bahkan lebih bodoh dari keledai yang melangkah dalam satu arah, sebelum pada akhirnya masuk kedalam kondisi serupa
sakit untuk kesekian kalinya, meratap dalam kondisi pekat, lalu tak sedikitpun merasa kecewa.
sekelumit pesan untuk pemilik hati yang berpasang, merangkai jawab yang tak kekal
hanya bunyi-bunyian kicau beling
apalah daya, semangatku tak sekuat doaku.
dan tamat lebur tergeletak
tinggal sebuah suara melintas dibibir, satu kata sarat makna
" Ikhlaskan "
Komentar
Posting Komentar