Langsung ke konten utama

DELUSI

(Sudut Syahdu, sebagai pelita dalam layu)

Sosokmu semu di keramayan
wujudmu syahdu untukku, layaknya layung senja berwarna merah jamu
Tak ada sekat yang merekat saat kita dekat
Parasmu rupawan dalam rekaman, sehingga aku terjerembab dalam nyaman
kehilangan hanya simponi yang tak akan terjadi, karena bagiku dirimu pemilik palung hati
Kejam argumentasi yang ku yakini, tak berdalil karena alasan telah terpatri
Tak mengap walau dirimu jarang menyapa, yang terpenting bagiku kau selalu wafa
Hidup butuh pemakluman bukan, untuk menguatkan senyuman agar tetap bertahan
 
Ada satu lagi, kuharap kau mengerti !
Jaga diri baik-baik, aku tak pernah seyakin ini saat memberi, bahkan tidak untuk diriku sendiri 
Tuhan kau sangat dermawan, melahirkan kami untuk saling bersingungan, aku tak tahu apakah ini kebetulan yang pasti kuasamu penuh perhitungan
Terima kasih untuk kedamaian, karena senang tak butuh banyak pilihan
Syukurku detik ini bukan hanya sekedar narasi, karena semua kudapatkan hasil juntaian silih beganti

Lalu
Kelam datang, menyingsing sudut ruang yang kasat pandang,  mengubah riang menjadi malang
Sorakpun menerjang jiwa, menanyakan mimik wajah berganti durja, akupun tertegun dibuatnya dan kembali menyunggingkan senyum di muka, kau terperangah setelahnya.

Oh iya ada satu lagi ternyata
Sampai lupa menjelaskan pada dunia, bahwa  ia hanya mencuat didalam kepala, kekasih yang kucerna dari konseptual berubah virtual
Tak pernah muncul dalam wujud nyata, akan tetapi hidup kekal didalam jiwa.

Tak dapat ditelaah, karena hidup nyata terlalu susah, maka jangan marah
Wahai kau yang diyakin ada, wujudmu tak tampak baginya yang pendosa
Sebagai mana dialog nyata dalam percik doa, maka ia adalah dirimu yang kau cinta dengan suka cita, hidup apa adanya, sebagai penghormatan kepada sang kuasa.

Love yourself
The love of god is so real
Thank God for everything

See you later

Komentar

Designed by Open Themes & Nahuatl.mx.